Wednesday, December 09, 2015

December OCD Project - Week #1

Seperti dituliskan sebelumnya, saya memulai project diet dengan terprogram dan (insya Allah) konsisten kali ini. Pada 2 Desember silam saya dengan kesadaran penuh memulai OCD dengan jendela makan 8 jam ditambah ngegym tiap hari (yang kemudian dijadwal ulang menjadi 5 kali seminggu lantaran ternyata ngegym tiap hari tidak dianjurkan).

Sebagai wujud keseriusan itu, saya membuat jurnal OCD dengan tujuan agar semuanya tertracking dan bisa direview ulang di mana letak salahnya.

Day 1 - The Beginning
Ini hari pertama di mana semua energi dikumpulkan untuk menjadi alasan bersegera pergi ke gym dan tidak menyerah dalam pelukan kasur dan televisi atau comfort food yang kerap dikunyah sepulang bekerja. Energinya bernama "I feel disgust with myself and completely insulted" dan yes, I'm going to the gym for an hour.

First day scaling
Meal 1 : Katering for lunch (12pm)
Meal 2 : Fried meat (6pm)

Gym : 1 hour

Day 2
Meal 1 : Katering (12pm)
Snack : 4 biji gorengan (4pm)
Meal 2 : Chicken gordon bleu, fetuccinne carbonara (8pm)

Gym : 45 minutes

Mengiyakan ajakan nongkrong selepas ngegym dan tergoda buat makan seberat itu hiks.

Day 3
Meal 1 : Katering (12pm)
Snack : 5 biji martabak telor (2-4pm)
Meal 2 : Shake (6pm)

Gym : 1 hour

Day 4
Masih bersikeras dengan 16 jam tidak mengunyah apapun kecuali air. Yang menarik dari OCD adalah saya tidak perlu tracking water intake karena secara otomatis bakal minum saat mulai terasa lapar. Hasilnya, setiap hari lebih dari 2 botol aqua besar tertelan tanpa perlu dipaksa :)))

Meal 1: Huge portion at restaurant (its Saturday so.. I'm going to the restaurant with my family at 1pm)
Snack 1 : iced soursop
Snack 2 : Mango
Meal 2 : Shake (6pm)

Gym : 45 minutes

Day 5
Meal 1 : Huge portion at restaurant (Its Sunday, a ME time so I had all my favorite food on the table at 1pm)
Snack : Blended greentea (no sugar 3pm)
Meal 2 : Shake (6pm)

Gym : 45 minutes

Day 6
Monday was hard, soooooo many things requires my attention and focus. At the bright side, in a blink of the eye, the clock turns so fast into 12pm!
Meal 1 : katering (12pm)
Snack : 5 gorengan, 6-7 assorted chocolate

 Gym : rest day - subtituted by 20 minutes of sauna

Ya Allah, koreng.
Day 7 - SCALE DAY
I can't believe its been a week already. Time does flies so fast yeeees.
Meal 1 : Katering (12pm)
Snack : 1 soes, 2 risoles
Meal 2 : Shake (6pm)

Gym : 50 minutes
   

I'm taking a scale today. Bela belain beli timbangan digital jadi bisa liat progress sampai ke ons onsnya hahaha. Hasilnya:
84,2 kg. lost 1,2 kg.

Oh tentu, satu kilo dua ons mungkin terdengar seperti "Meh, segitu doang aku juga bisa" tapi percaya soal ini: Saya seneng mampus pas tau berat badan saya bisa turun sekilo dengan tetap makan enak tanpa pantangan dan ngemil gorengan sebanyak itu. Hahaha.

Makin semangat buat jalan ke minggu ke dua! 

Tuesday, December 08, 2015

December OCD Project - The Beginning

Saya memulai perjalanan diet dietan ini sejak lama banget sebenarnya. Saya ingat satu fase di mana saya menolak makan apapun kecuali apel dan turun hingga delapan kilo di 2013 silam. Lalu berhenti, lalu menggebu lagi di beberapa bulan lalu lalu berhenti. Diet yoyo ini saya coba gali apa masalahnya, kenapa sebegitu susah buat saya untuk memulai sesuatu yang baik untuk diri saya sendiri.

1. Motivasi
Alasan untuk menjadi kurus harus cukup kuat dan tidak fluktuatif. Karenanya jangan memulai diet jika tujuannya hanya untuk menarik perhatian orang yang disuka misalnya. Saat orang tersebut tidak menyukaimu lagi, apa alasan untuk tidak memulai emotional eating (lagi?) 

oke ini curhat.

2. Metode diet
http://img.picturequotes.com/2/2/1512/no-one-wants-to-see-curvy-women-quote-1.jpg
Fuck you Karl.
Oh you named it, I've tried them all. Katering sehat yang isinya melulu nasi merah dengan porsi anak ayam itu? Sudah. Diet mayo? sudah. Program 13 hari, OCD, food combining sampai belasan merk pil pelangsing sudah saya coba. Hasilnya? teteup, yoyo. Hari ini diet, besok nasi goreng kambing. Program selesai, balik ke kebiasaan awal. Kembalinya kudu ke atas, motivasinya ga kuat. 

3. Support Group 
"Ah Nani sok diet. Percuma ga bakal kurus juga"
"Ayo makan siang, ga usah diet dietan gitu ah"
"Kenapa harus kurus sih? Begini aja aku suka sama kamu"
Kapan kurusnya kalau begini men?

4. Wake Up Call
Kamu kudu ditempeleng semesta dulu sampai merasa se-worthless worthlessnya biar sadar.

5. Mindset
"Gapapalah makan agak banyakan, kan seharian cape di kantor"
"Nongkrong minum iceblend plus camilan ah, I deserve it"
"Gapapa gendut, nanti juga ada yang suka Nani apa adanya"
the fuck is it, brain?
 
Lima kausal di atas menemui pencerahannya paska saya memutuskan untuk memulai OCD dan rutin ngegym di bulan ini. So here we go, December OCD Project.

1. Motivasi
Saya nihilkan semua bayangan soal akan disukai orang yang saya sukai. Saya tidak butuh dia untuk mendikte seperti apa tubuh saya seharusnya terlihat. Saya bongkar lemari dan melihat history pembelian baju baju online. Ukuran saya mentok di XXL sementara baju baju ukuran XL hanya beberapa yang muat. Saya gendut banget, gendut sekali hingga saya benci apa yang saya lihat di cermin setiap pagi. Saya keluarkan semua baju baju lama dan lungsuran dari kakak lalu memajangnya di lemari. Rata rata berukuran L. Ini milestone pertama, saya kudu muat di ukuran L SECEPATNYA.

2. Metode Diet
Oke, here's the fact. I can actually have a foodgasm. You know, when the food is so good it makes you smile and somehow felt better instantly? Hal ini muaranya di otak, reaksi kimiawinya membuat kita merasakan endorphin karena makanan enak. Googlinglah biar saya ga repot menjelaskan. Satu hal yang sulit untuk saya jalani dari semua metode diet selama ini: Pantangan makan.

Selain lantaran katering saya sekarang enak sekali, menunaikan pantangan makan terasa berat karena sulit untuk makan dada ayam polos tanpa lemak dikukus bukan digoreng plus sayur yang disteam dengan garam dikit dan gaboleh makan ini gaboleh makan itu setiap hari. Bosen dan ribet.

Lalu Amel, dengan menggebu gebu menjelaskan soal OCD. Saya tidak asing dengan OCD, hanya saja baru sore itu saya mengerti bahwa OCD memperbolehkan kita makan apa saja yang kita mau. WHOA! ini lebih menarik dari teori relativitas revisiannya Carl Sagan.

Jadi metode diet saya seminggu belakangan adalah jendela delapan jam. Jadi saya puasa 16 jam dengan water intake semata. Berat, satu dua hari pertama adalah siksaan utamanya di jam 10 pagi masa masa saya kerap ditawari sarapan dari bos yang baik hati. Tapi dari jam 10 ke 12 siang cuma tiga jam dan saya bisa makan katering yang enak sekali, gorengan yang dibeli kantor bahkan es cendol yang sudah sekian lama saya ga minum itu. Sepanjang jam 12 hingga pulang kantor, saya makan senormalnya, seenaknya. Lalu berhenti di jam 8 malam dan lanjut water intake sampai besoknya jam 12 siang.

Sampai sekarang, rasanya oke oke aja. 

3. Support Group
Ini yang saya lakukan untuk membendung pedihnya omongan orang soal saya yang sok sokan diet: I'm telling EVERYBODY that I'm on diet with a serious note. Mulai dari OB sampai manager sampai bos besar saya kasih tau kalau saya sedang diet dan hanya available buat ditawarin makan di jam 12 siang. Hasilnya, di kantor saya bisa adem ayem minum air doang tanpa harus dikatain "Halah Nani sok diet" tiap ada makanan. Saya lemah kalo dibujuk soal makanan soalnya :') 

Social circle sayapun luar biasa supportif. Amel utamanya, jika sebelumnya ada berjam jam selepas jam ngantor yang kami habiskan dengan bergelas gelas coffeeblend dan anek camilan di cafe, saat ini saya ga diajakin lagi, kalaupun kebutuhan ngobrol sedemikian mendesak, kami memilih buat ke mall dan ngobrol sambil window shopping atau ya harus pasrah saya cuma minum aer doang di cafe. Geng arisanpun paham dan tidak ngoceh aneh aneh saat saya tidak makan apa apa lantaran jendela makan sudah lewat. 

Mereka yang menghargai niatan kita dengan diam diam mendukung ini kudu diapresiasi dengan sikap tidak mudah menyerah, bukan?

Lagian kan tengsin men, sudah ngomong diet ke mana mana tapi ga kurus kurus :))))

4. Wake Up Call
Momentum ditempeleng semesta soal "Hey! diet sekarang juga" tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Alasan saya diet semata ingin disukai lelaki yang saya sukai, atau ingin menjadi lebih sehat, tapi tidak pernah ada satu momen di mana saya sedemikian merasa worthlessnya, terhinanya, tesinggungnya lantaran menjadi gendut.

Lalu kejadian juga akhirnya. Butuh waktu lama untuk mengakui ini, tapi saya diputusin saat sedang sayang sayangnya oleh lelaki yang sehari setelah meminta putus balikan lagi dengan mantannya yang berbadan jauh lebih kurus dibanding saya.

Ini memalukan, sungguh. Saya belum pernah merasa seworthless ini sebelumnya, saya, seorang Nani, dipermalukan oleh seorang lelaki. I'm in rage, I'm angry, I'm insulted and its good. I have all the energy I needed to keep on working out at gym. Saya rangkum semua perasaan itu dan menyalurkannya dengan bijaksana. Saat fase makan biasa memasuki emotional eating misalnya, saya bisa mengingat kejadian itu dan makanan saya tiba tiba terasa hambar. Atau saat malas malasnya ngegym, atau saat pengen makan gordon bleu dan fettucine carbonara di malam hari. Even the negative energy can be good at something yes :)

5. Mindset
Butuh waktu 28 hari nonstop hingga seseorang bisa memulai habit baru. Ini teori yang belum saya verifikasi kebenarannya. Tapi berhasil untuk upaya berhenti merokok pertama di tahun 2012 silam. 28 hari tanpa rokok membuat seluruh nikotin dalam darah keluar dan urge untuk menyulut itu sirna. Yaaaa kalau setahun kemudian iseng mulai merokok (lagi) ya salah sendiri ya Nan.

Saya ingin menjadikan OCD sebagai habit, setidaknya sampai bobot saya ideal. Saya ingin pergi ke gym tidak menjadi keharusan tapi sesuatu yang dilakukan dengan normal seperti bernafas misalnya. Mindset terhadap makananpun pelan pelan diubah.

Saya sudah tidak meminum minuman berwarna dalam kemasan sejak setahun belakangan. Soda, teh botol, susu, apapun yang manis manis sudah saya tinggalkan karena mindset "Gula yang membuat mama meninggal". Alhasil jika sekarang saya terlalu banyak minum atau makan yang manis manis, saya jadi hiperaktif dan cepat sekali merasa lelah.  

Mindset yang simpel tapi ternyata pengaruhnya besar. Beberapa mindset yang ingin saya tanamkan:
"Ah saya udah puas makan itu di duapuluh tahun hidup saya kemarin" tiap craving makanan yang ga sehat
"Ah ngapain banyak banyak nanti kekenyangan malah susah gerak" tiap ketemu makanan enak
"Mending ngegym" tiap kali down dan mulai pengen emotional eating.

Semoga kausal kausal ini cukup untuk membentuk saya menjadi lebih bertujuan dalam melakukan diet. Saya bahkan sampai menuliskan soal menjadi kurus ke dalam bucket list. Karena saya terlalu berharga untuk dipepatkan dalam jokes jokes basi soal orang gendut. Sebab saya worthy, saya berharga :)



Started tommorow, I'll post a weekly progress.
Buat motipasi.

Monday, December 07, 2015

Bucket List, Revised

Saya adalah pendoa yang lantang. Saya tuliskan banyak sekali harapan di blog ini untuk alasan saya ingin didengar. Ia mungkin menjadi satu dari sekian banyak medium untuk berkomunikasi. Karenanya dari tahun ke tahun saya punya kebiasaan menuliskan resolusi dan pengharapan melalui momentum tahun baru sekaligus ulang tahun. Ada keinginan keinginan yang begitu subtil nan kerdil yang saya tuliskan untuk kemudian diharapkan dapat terwujud. Somehow.

Saya bukan pembaca gejala yang baik, ada banyak kejadian yang tidak saya duga terjadi meski saya merasa sudah sepenuh upaya membaca semesta. Untuk tidak ignoran dan menakar nakar kemungkinan dari segi logika. Toh kecolongan juga, untuk menegaskan bahwa saya selaku manusia memang selemah itu.

Salah satu yang rutin saya update adalah Bucket List. Terinspirasi dari film lawas dengan judul serupa, saya menuliskan hal hal yang ingin saya lakukan sebelum mati di bulan Mei 2011. Setelah bucket list itu ditulis, apa yang terjadi di tahun selanjutnya membuat saya terkagum kagum dengan kinerja semesta. Satu per satu terwujud hingga nyaris habis. Paska 2012, tahun keajaiban itu, saya menulis kembali sebuah bucket list.
Bucket List, Revised December 20, 2012 
  1. New York
  2. Menulis buku
  3. Keluar dari rumah dan tinggal sendiri
  4. Jatuh cinta
  5. Bikin zine
  6. Jadi anchor televisi
  7. Merasa cukup dan berdamai dengan keadaan 
Yang kemudian mengendap karena hidup sedang ramai ramainya di tahun 2013 hingga sekarang. Jika bukan lantaran kegiatan iseng tengah malam untuk stalking diri sendiri, saya mungkin bakal lupa soal ini. Dan here we are, menghadapi satu lagi keterkaguman atas kinerja semesta dengan melakukan review terhadap satu per satu harapan itu.

1. New York
New York adalah muara mimpi mimpi saya sejak usia belasan. Sejak menonton Pretty Woman, Friends, Sex and the City dan tentu saja, How I Met Your Mother. Ada keinginan besar untuk hidup di apartemen dengan segenap kegaduhannya, untuk malam malam yang dihabiskan dengan mendengarkan musik musik jazz di bar bar lusuh, untuk merayakan kebebasan rokenrol yang sesungguhnya. Mimpi itu, masih saya pendam hingga sekarang, jelang 9 tahun selepasnya.

2. Menulis buku
Januari 2014 saya menulis Perempuan Kopi. Yang meski tidak berujung di penerbit manapun, saya toh tetap menulis buku :D :D

3. Keluar dari rumah dan tinggal sendiri
Keinginan ini menguat sekembalinya saya dari Jakarta. Kebiasaan untuk hidup sendiri menjadi faktor mengapa rumah begitu gerah saat itu. Mei 2014 ibu saya meninggal, alasan untuk keluar dari rumah bergeser menjadi betapa sesaknya saya yang harus melihat bayangan ibu di setiap sudut rumah. Atas alasan saya yang begitu lemah untuk tetap di rumah, saya keluar rumah dan ngekos pada Februari 2015 hingga sekarang. Memenuhi ingin untuk tinggal sendiri dan sepenuhnya mandiri. Alhamdulillah, kesampaian.

4. Jatuh Cinta
Tahun 2012 adalah tahun yang kering hahaha. Saya sedemikian terasing dengan kehidupan sosial sampai sampai ide untuk jatuh cinta masuk ke dalam bucket list. Hasilnya, saya habis dihajar cinta di tahun ini :') perjalanannya singkat meski saya mengenalnya bertahun tahun lamanya. Satu yang saya pelajari dari perjalanan ini adalah betapa saya sudah bisa move on, membuka diri dan berkompromi. Yay.

5. Bikin Zine
Late for School namanya, zine besutan Edi dan Abdi, duo zinemaker dari Sampit favorit saya. Mereka mengajak saya untuk berkolaborasi, lama kelamaan menjadi kontributor tetap lalu bersama sama menyebarka wabah LS ke gig gig kecil yang menjamur kala itu, di tahun 2013. 

6. Jadi Anchor Televisi
"Setelah ini, lalu apa?" adalah pertanyaan yang tanyakan pada diri sendiri paska pulang merantau. Di tahun itu saya sudah melakoni pekerjaan sebagai wartawan, penyiar radio, copywriter dan publicist. Ide untuk tetap berada di track pekerja kreatif membuat saya terpikir untuk menjadi anchor. Iseng sebenarnya karena saya melupakan ide ini begitu saja selepas diposting. Oh, tapi hati hatilah dengan doa, ia diam diam menyerabut di langgam semesta dan voila, saya tercatat sebagai presenter dan kreatif televisi lokal dua tahun lamanya sejak Pebruari 2013 hingga Oktober 2014.

7. Merasa Cukup dan Berdamai Dengan Keadaan
Saya adalah sepenuhnya jabaran atas definisi restless di tahun 2012. Saya ingat malam malam yang saya habiskan untuk terlalu banyak merenung atas kemungkinan kemungkinan. Siang siang yang terasa panjang lantaran berlalu dengan penuh pikiran mengawang awang soal apa yang seharusnya saya lakukan. Saya sempat pengangguran lima bulan lamanya. Masa masa sulit yang dihadapi perempuan berusia 20 tahun yang masih tinggal bersama orangtua bukanlah sesuatu yang besar sebenarnya.
Namun saya ingat betul soal ini, soal semacam sumpah kepada diri sendiri. Untuk bekerja sekeras mungkin dan menjadi kaya raya :')))) tidak lama kemudian saya bekerja di televisi hingga sekarang di kantor perkebunan kelapa sawit. Saya masih jauh dari kaya raya, jauh dari gelimang materi yang mudah ditemui di televisi. Tapi jika Nani sekarang bertemu dengan Nani yang berusia 20 tahun, saya akan memeluknya dan berterimakasih karena telah bekerja sedemikian keras di saat itu. Karena tidak menyerah pada saya sekarang, karena ia saya bisa merasa cukup meskipun belum kaya raya. 

Perkara berdamai dengan keadaan, ada beberapa kejadian yang mengajarkan saya tentang kehilangan di bentangan tahun 2012-2015. Mulai dari kehilangan cinta pertama, meninggalnya mama, lalu puncaknya di tahun ini, saya diajarkan soal kehilangan kepercayaan terhadap orang lain. Dari kejadian kejadian itu saya harusnya paham soal bersabar, pasrah dan ikhlas. Saya diajak untuk belajar patah hati, adaptasi atas rasa sedih, kehilangan, rindu, lalu rutin paska meninggalnya mama hingga belajar untuk meresapi perasaan kecewa yang demikian subtil saya masih sulit untuk menihilkan perasaan itu di sesekali waktu.

Tapi begitulah, kehidupan masih menjanjikan perjalanan yang panjang. Tahun 2016 tinggal hitungan minggu. Di sela gegap Pilkada saya menyelipkan harapan harapan yang bermuara pada bucket list yang telah direvisi. Senang bisa mencentang enam dari tujuh harapan dalam kurun tiga tahun. Saya semakin ingin percaya dan berpasrah pada perputaran semesta. Sebab tidak ada yang lebih menyenangkan dengan duduk manis dan menikmati pertunjukan maha dahsyat penuh kejutan bernama Perjalanan Hidup.

https://sharpandkeen.files.wordpress.com/2012/06/rainy-new-york.jpgBucket list revised, 7 Desember 2015
  1. New York
  2. Berat badan ideal
  3. Jatuh cinta karena perasaan ini menyenangkan mehehehe
  4. Perjalanan ke luar negeri
  5. Kuliah dan menjadi sarjana
  6. Melihat abah naik haji
  7. Pekerjaan yang nyaman
  8. Memenuhi impian impian tersier di masa kecil
  9. Membuat siapapun yang bersinggungan dengan saya merasa bahagia.
  10. Be a positive Nani and makes the struggling 2012 Nani proud!







AMIIIIIN