Tuesday, December 08, 2015

December OCD Project - The Beginning

Saya memulai perjalanan diet dietan ini sejak lama banget sebenarnya. Saya ingat satu fase di mana saya menolak makan apapun kecuali apel dan turun hingga delapan kilo di 2013 silam. Lalu berhenti, lalu menggebu lagi di beberapa bulan lalu lalu berhenti. Diet yoyo ini saya coba gali apa masalahnya, kenapa sebegitu susah buat saya untuk memulai sesuatu yang baik untuk diri saya sendiri.

1. Motivasi
Alasan untuk menjadi kurus harus cukup kuat dan tidak fluktuatif. Karenanya jangan memulai diet jika tujuannya hanya untuk menarik perhatian orang yang disuka misalnya. Saat orang tersebut tidak menyukaimu lagi, apa alasan untuk tidak memulai emotional eating (lagi?) 

oke ini curhat.

2. Metode diet
http://img.picturequotes.com/2/2/1512/no-one-wants-to-see-curvy-women-quote-1.jpg
Fuck you Karl.
Oh you named it, I've tried them all. Katering sehat yang isinya melulu nasi merah dengan porsi anak ayam itu? Sudah. Diet mayo? sudah. Program 13 hari, OCD, food combining sampai belasan merk pil pelangsing sudah saya coba. Hasilnya? teteup, yoyo. Hari ini diet, besok nasi goreng kambing. Program selesai, balik ke kebiasaan awal. Kembalinya kudu ke atas, motivasinya ga kuat. 

3. Support Group 
"Ah Nani sok diet. Percuma ga bakal kurus juga"
"Ayo makan siang, ga usah diet dietan gitu ah"
"Kenapa harus kurus sih? Begini aja aku suka sama kamu"
Kapan kurusnya kalau begini men?

4. Wake Up Call
Kamu kudu ditempeleng semesta dulu sampai merasa se-worthless worthlessnya biar sadar.

5. Mindset
"Gapapalah makan agak banyakan, kan seharian cape di kantor"
"Nongkrong minum iceblend plus camilan ah, I deserve it"
"Gapapa gendut, nanti juga ada yang suka Nani apa adanya"
the fuck is it, brain?
 
Lima kausal di atas menemui pencerahannya paska saya memutuskan untuk memulai OCD dan rutin ngegym di bulan ini. So here we go, December OCD Project.

1. Motivasi
Saya nihilkan semua bayangan soal akan disukai orang yang saya sukai. Saya tidak butuh dia untuk mendikte seperti apa tubuh saya seharusnya terlihat. Saya bongkar lemari dan melihat history pembelian baju baju online. Ukuran saya mentok di XXL sementara baju baju ukuran XL hanya beberapa yang muat. Saya gendut banget, gendut sekali hingga saya benci apa yang saya lihat di cermin setiap pagi. Saya keluarkan semua baju baju lama dan lungsuran dari kakak lalu memajangnya di lemari. Rata rata berukuran L. Ini milestone pertama, saya kudu muat di ukuran L SECEPATNYA.

2. Metode Diet
Oke, here's the fact. I can actually have a foodgasm. You know, when the food is so good it makes you smile and somehow felt better instantly? Hal ini muaranya di otak, reaksi kimiawinya membuat kita merasakan endorphin karena makanan enak. Googlinglah biar saya ga repot menjelaskan. Satu hal yang sulit untuk saya jalani dari semua metode diet selama ini: Pantangan makan.

Selain lantaran katering saya sekarang enak sekali, menunaikan pantangan makan terasa berat karena sulit untuk makan dada ayam polos tanpa lemak dikukus bukan digoreng plus sayur yang disteam dengan garam dikit dan gaboleh makan ini gaboleh makan itu setiap hari. Bosen dan ribet.

Lalu Amel, dengan menggebu gebu menjelaskan soal OCD. Saya tidak asing dengan OCD, hanya saja baru sore itu saya mengerti bahwa OCD memperbolehkan kita makan apa saja yang kita mau. WHOA! ini lebih menarik dari teori relativitas revisiannya Carl Sagan.

Jadi metode diet saya seminggu belakangan adalah jendela delapan jam. Jadi saya puasa 16 jam dengan water intake semata. Berat, satu dua hari pertama adalah siksaan utamanya di jam 10 pagi masa masa saya kerap ditawari sarapan dari bos yang baik hati. Tapi dari jam 10 ke 12 siang cuma tiga jam dan saya bisa makan katering yang enak sekali, gorengan yang dibeli kantor bahkan es cendol yang sudah sekian lama saya ga minum itu. Sepanjang jam 12 hingga pulang kantor, saya makan senormalnya, seenaknya. Lalu berhenti di jam 8 malam dan lanjut water intake sampai besoknya jam 12 siang.

Sampai sekarang, rasanya oke oke aja. 

3. Support Group
Ini yang saya lakukan untuk membendung pedihnya omongan orang soal saya yang sok sokan diet: I'm telling EVERYBODY that I'm on diet with a serious note. Mulai dari OB sampai manager sampai bos besar saya kasih tau kalau saya sedang diet dan hanya available buat ditawarin makan di jam 12 siang. Hasilnya, di kantor saya bisa adem ayem minum air doang tanpa harus dikatain "Halah Nani sok diet" tiap ada makanan. Saya lemah kalo dibujuk soal makanan soalnya :') 

Social circle sayapun luar biasa supportif. Amel utamanya, jika sebelumnya ada berjam jam selepas jam ngantor yang kami habiskan dengan bergelas gelas coffeeblend dan anek camilan di cafe, saat ini saya ga diajakin lagi, kalaupun kebutuhan ngobrol sedemikian mendesak, kami memilih buat ke mall dan ngobrol sambil window shopping atau ya harus pasrah saya cuma minum aer doang di cafe. Geng arisanpun paham dan tidak ngoceh aneh aneh saat saya tidak makan apa apa lantaran jendela makan sudah lewat. 

Mereka yang menghargai niatan kita dengan diam diam mendukung ini kudu diapresiasi dengan sikap tidak mudah menyerah, bukan?

Lagian kan tengsin men, sudah ngomong diet ke mana mana tapi ga kurus kurus :))))

4. Wake Up Call
Momentum ditempeleng semesta soal "Hey! diet sekarang juga" tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Alasan saya diet semata ingin disukai lelaki yang saya sukai, atau ingin menjadi lebih sehat, tapi tidak pernah ada satu momen di mana saya sedemikian merasa worthlessnya, terhinanya, tesinggungnya lantaran menjadi gendut.

Lalu kejadian juga akhirnya. Butuh waktu lama untuk mengakui ini, tapi saya diputusin saat sedang sayang sayangnya oleh lelaki yang sehari setelah meminta putus balikan lagi dengan mantannya yang berbadan jauh lebih kurus dibanding saya.

Ini memalukan, sungguh. Saya belum pernah merasa seworthless ini sebelumnya, saya, seorang Nani, dipermalukan oleh seorang lelaki. I'm in rage, I'm angry, I'm insulted and its good. I have all the energy I needed to keep on working out at gym. Saya rangkum semua perasaan itu dan menyalurkannya dengan bijaksana. Saat fase makan biasa memasuki emotional eating misalnya, saya bisa mengingat kejadian itu dan makanan saya tiba tiba terasa hambar. Atau saat malas malasnya ngegym, atau saat pengen makan gordon bleu dan fettucine carbonara di malam hari. Even the negative energy can be good at something yes :)

5. Mindset
Butuh waktu 28 hari nonstop hingga seseorang bisa memulai habit baru. Ini teori yang belum saya verifikasi kebenarannya. Tapi berhasil untuk upaya berhenti merokok pertama di tahun 2012 silam. 28 hari tanpa rokok membuat seluruh nikotin dalam darah keluar dan urge untuk menyulut itu sirna. Yaaaa kalau setahun kemudian iseng mulai merokok (lagi) ya salah sendiri ya Nan.

Saya ingin menjadikan OCD sebagai habit, setidaknya sampai bobot saya ideal. Saya ingin pergi ke gym tidak menjadi keharusan tapi sesuatu yang dilakukan dengan normal seperti bernafas misalnya. Mindset terhadap makananpun pelan pelan diubah.

Saya sudah tidak meminum minuman berwarna dalam kemasan sejak setahun belakangan. Soda, teh botol, susu, apapun yang manis manis sudah saya tinggalkan karena mindset "Gula yang membuat mama meninggal". Alhasil jika sekarang saya terlalu banyak minum atau makan yang manis manis, saya jadi hiperaktif dan cepat sekali merasa lelah.  

Mindset yang simpel tapi ternyata pengaruhnya besar. Beberapa mindset yang ingin saya tanamkan:
"Ah saya udah puas makan itu di duapuluh tahun hidup saya kemarin" tiap craving makanan yang ga sehat
"Ah ngapain banyak banyak nanti kekenyangan malah susah gerak" tiap ketemu makanan enak
"Mending ngegym" tiap kali down dan mulai pengen emotional eating.

Semoga kausal kausal ini cukup untuk membentuk saya menjadi lebih bertujuan dalam melakukan diet. Saya bahkan sampai menuliskan soal menjadi kurus ke dalam bucket list. Karena saya terlalu berharga untuk dipepatkan dalam jokes jokes basi soal orang gendut. Sebab saya worthy, saya berharga :)



Started tommorow, I'll post a weekly progress.
Buat motipasi.

No comments:

Post a Comment