Sunday, October 03, 2010

Sebuah Janji

Yang aku suka dari berbenah kamar adalah jutaan kesempatan untuk menemukan hal hal menarik.

Salah satunya, file sajak berjudul Sebuah Janji ini.

Aku tulis selang beberapa waktu lepas kelulusan.

Saat kawan kawan sibuk mempersiapkan diri untuk masuk universitas

Aku sibuk mempersiapkan berkas lamaran pekerjaan.


Jadi, ini dia semacam jeritan anak 17 tahun yang baru saja lulus SMA tapi sudah dibebani beragam beban dunia dewasa :


Sabar mama, sabar.

Aku pasti akan bekerja, pada akhirnya.

Tapi tidak sekarang, tidak dengan ijazah SMA.

Sabar mama, sabar.

Aku pasti akan jadi berguna, pada akhirnya.

Tapi tidak sekarang. Kukata tidak pada tawaranmu menjadi budak cina.

Sabar mama, sabar.

Aku pasti akan bawakan padamu sebuah surga.

Berupa lipatan lipatan uang, lautan madu di usiamu yang kian senja.

Tapi tidak sekarang, kulantangkan “tidak” untuk bekerja di pelosok desa dimana tak ada apa apa disana kecuali remah dan sisa sisa.

Sabar mama, sabar.

Aku akan bekerja juga. Pada akhirnya.

Setelah aku lelah mengejar mimpi, setelah aku terengah engah bercita cita.

Maka kumohon jangan hentikan aku, nyawaku terbuat dari mimpi dan asa.

Maka kumohon izinkan aku menjadi sarjana.

Sabar mama, sabar.

Lima tahun lagi kupetikkan bintang, kalau perlu seluruh gugusan bimasakti kubawakan pulang untukmu, ambil semua dengan kardus kardusnya.

Ya. Aku akan berhenti. Aku toh pada akhirnya akan lelah juga.

Percayalah aku, aku mampu menyambung nyawa, dengan mimpi dan cita cita.

2 comments:

  1. Doa untuk Ibu. Sempat kutuliskan beberapa kata untuk beliau. Coba saja ibundaku masih ada mungkin tulisan ini adalah perwakilan diriku untuk mengabdi dan berbakti kepada beliau.

    Dirimu sangat lihai dalam membentuk kata bernada minor yach..Klo sempat berkunjunglah kerumah sederhanaku.

    Hmm, salut lagi untukmu kawan.

    Salam kawan

    ReplyDelete
  2. hehe, saya senang mengungkapkan segalanya melalui nada sinis dan sudut pandang kemiskinan.
    sebenarnya sih, sajak di atas lebih berdasar dari 'rasa marah' dan berontakku pada tuntutan ibu.

    Tapi ya, juga merepresentasikan secara tersirat keinginan untuk berbakti. Turut berduka mengenai ibumu yah :) beliau pasti bangga memilikimu.

    ReplyDelete