Wednesday, October 27, 2010

Pelajaran Cita Cita

“Mari bermain cita cita”

Seru guru itu dalam ruang kelasnya, Selasa pagi

Di sebuah sekolah kumuh,

Dengan murid murid kumuh,

Dengan dana remah remah anggaran daerah

Puluhan bocah empat SD, bergemuruh, beberapa bertepuk tangan

Satu per satu, ditanyai ingin menjadi apa

Berloncatan senang, masing masing punya jawaban

Dokter-astronot-artis-hingga presiden dilontarkan

Ada yang memukul mukul meja,

Tak sabar menunggu cita citanya terpapar

Amin diam,

Tak bergeming kala sang guru mengetuk ngetukkan ujung sepatu, menunggu

“Saya tak punya cita cita Pak, lihat nanti saja”

Gumam menggumam, tawa cela memburai seketika

Ruang kelas gaduh, Amin dihukum berdiri di depan kelas

Karena tak punya cita cita

Puluhan tahun lewat, tak ada satupun kawan kelasnya yang menjadi dokter-astronot-artis

Lebih lebih presiden

Satu satu mati, ada yang bolong kepalanya ditembak, gara gara bertatto

Ada yang mati kesetrum, kala menjaja asongan di atas atap kereta

Ada yang mati beranak, semata tak mampu ikut KB

Tak pula ada yang menjadi dokter bertatto

Astronot kemudi kereta

Atau bahkan artis dengan anak kelewat banyak

Amin, mengais sisa sisa sampah rumah mewah

Sekolahnya tak tuntas, SD-nya diratakan di tahun ke lima

Deru menderu, bisik membisik sampaikan padanya

Kawannya yang ingin jadi presiden mati

Ketangkapan warga sekampung mencuri televisi

Kais mengais, sampah yang bisa dimakan

Gumam pelan Amin tak tertangkap udara

“Hidup kok kebanyakan cita cita..”

No comments:

Post a Comment