Monday, March 21, 2016

Naninya Pindah!

Awalnya, saya berniat menghapus blog ini. Sebulan lamanya di-deactivate namun kemudian seorang kawan baik bilang bahwa jelek-baik tulisan di masa lampau, itu adalah bagian dari dirimu. Maka biarkan saja mereka mengendap, kelak jika disambangi kembali, kamu bakal tertawa dan merasa bangga sebab bagaimanapun juga hidup belum mengalahkanmu. 

Haseg.

Jadi begitulah. Saya mengaktifkan kembali dalam rentang 90 hari toleransi blogspot dalam permanently deleting blog ini. Namun ini adalah posting terakhir, epilog, halaman penutup dari Kanal Pepat Suara.

Saya pindah ke www.rusnanianwar.com dengan segudang harapan soal menuliskan yang baik baik saja, yang bahagia bahagia saja. Sebab kata kata adalah doa, konon katanya. Hihi. 

Sampai ketemu di sana!

Monday, February 15, 2016

A Farewell

Sebagai yang gemar menitipkan perasaan pada setiap jengkal kejadian dalam hidupnya, aku agak tertelan blues kecil bernama pindahan. Yep, genap setahun aku ngekos dan meninggalkan rumah Abah. Meskipun sekota dan jarak antara rumah-kosan relatif dekat, tapi selama setahun terakhir frekwensi aku main ke rumah Abah bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat lebaran aku menolak pulang dan memilih sendirian di kos dengan alasan bekerja. 

Sudah seminggu lewat sejak barang barang dipak dan dibawa pergi dari kos. Masih ada setengah bulan sewa yang tersisa. Aku sisakan beberapa barang dan baru hari ini main lagi ke kos pas istirahat siang. Men itu satu setengah jam paling reflektif dalam hidup hahaha.

Ada banyak sekali kejadian yang mengubah perspektif dan cara menjalani hidup setahun belakangan. Perkenalan dengan orang orang baru, pertemanan yang sedemikian akrab, persahabatan yang berhenti begitu saja dan satu-dua kejadian yang begitu mengguncang fondasi yang kukira sudah sempurna terbentuk.

Lalu keputusan keputusan dalam mengubah penampilan, untuk berkompromi dan memulai sebuah hubungan, untuk menerima kepahitan kepahitan. Wah umur 23-nya Nani menyenangkan sekali :))) Aku rasa jika keputusan untuk ngekos tidak diambil setahun lalu, mungkin aku tidak akan tiba di titik ini. Ini adalah milestone yang paling sulit kujabarkan. Berkali kali aku menyebutnya sebagai perjalanan. Namun aku sendiri tidak begitu pandai menjaskan perjalanan apa yang sebenarnya kulakukan.

Aku tetap bangun pagi, mandi, gosok gigi, berangkat bekerja, melakoni fungsi sebagai pekerja sebaik baiknya, pulang ke rumah, menyalakan aroma therapy, membaca buku lalu tidur. Tidak ada yang berubah sehingga aku tidak tau apa yang harus kupaparkan sebagai perubahan itu sendiri.

Yang aku tau, aku akan sembuh. Iya, sembuh atas penyakit yang aku tidak tau apa. Aku ceritakan soal ini kepada teman akrab dan kakak kesayangan lalu mereka mengurai pertanyaan pertanyaan baru yang membingungkan. Aku terus diyakinkan bahwa tidak ada yang salah denganku sehingga tidak perlu aku mengambil porsi untuk menyendiri sedemikian sering. Bahwa aku melakoni hidup yang baik dengan pekerjaan baik dan teman serta keluarga yang baik; seolah aku lupa dan tidak pernah bersyukur atas itu. Bahwa aku cantik cerdas lagi memesona sehingga tak perlu aku mengkhawatirkan soal jodoh sebab ada banyak lelaki yang akan jatuh cinta kepadaku di luar sana.

Kamu pernah berfikir soal bagaimana bisa mereka yang telah mengenal kita sekian lama justru terasa sangat asing dan tidak memahami kita? Oh kemarilah, aku bisa menceritakan sebuah dongeng soal itu hingga kamu terkantuk kantuk lalu tertidur atasnya.

Aku selalu bilang I'm an open book, semudah menanyakan "Ada apa?" lalu mendengarkan atau membaca blog yang telah kutasbihkan sebagai semata tempat mengurai gundah dan segenap pikiran sejak bertahun belakangan. Tapi mungkin aku tidak disayangi sebanyak itu untuk diketahui kabar dan isi pikirannya. And that's okay, aku sepenuhnya mengerti tidak semua orang memiliki banyak waktu untuk disiasiakan dengan memerdulikan mereka yang tidak membawa pengaruh apa apa dalam hidupnya, toh?

Now I'm sounds like an attention whore who ranting about "Why nobody's noticed me?"

Eniwei, momentum perpindahan kali ini membawa banyak bliss. Meski ada beberapa kali di hari yang berisik di rumah membuatku berpikir ulang untuk ngekos lagi, tapi aku suka kok. Utamanya lantaran aku bisa menepi dari kesepian kesepian yang kuciptakan sendiri, sebelum kembali ke kebiasaan bengong lalu menangis tanpa tau alasannya apa aku bisa bergegas turun tangga dan ngerecokin adik yang lagi main DOTA atau ngobrol dengan kakak. Lalu kembali ke kamar dengan baik baik saja.

Aku tidak tau bagaimana caranya menjelaskan tentang apa yang sedang kulakukan sekarang, yang aku tau, aku sedang menuju sesuatu.

And that's what makes this life worth living.


Coffee Toffee, 15 Februari 2016
Kepada keinginan untuk terselamatkan perjalanan ini bermuara.

Monday, January 18, 2016

100 Buku Untuk 2016

Lelah mata Hayati.


Hahaha, satu dari kepinginan (atau romantisnya; resolusi resolusian) di tahun 2016 ini adalah membaca 100 buku. Asal muasalnya dari goodreads yang terkonek di facebook dan kawan kawan saya banyak sekali membaca buku di tahun 2015 kemarin! Merasa tertantang sayapun membentang ingin untuk menuntaskan sekurangnya 100 buku di tahun ini. 

Januari masih panjang, apalagi Desember. Semangat menggebu untuk terus membaca menghantarkan saya pada sepertiga akhir di bulan ini dengan runut buku yang telah dibaca:

Aleph - Paulo Coelho
The Devil and Miss Prym - Paulo Coelho
Kereta Malam - Avianti Ahmad
Perempuan Yang dihapus Namanya - Avianti Ahmad
Anjing Anjing Menggali Kuburan - Kumcer Terbaik Kompas 2014
Senja dan Cinta Yang Berdarah - Seno Gumira Ajidharma
Philosophy 101 - Paul Kleinman
Pohon Pohon Sesawi - YB Mangunwijaya
Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer - Pramoedya Ananta Toer
Tiga Menguak Tabir - Kumpulan Puisi Chairil Anwar, Rivai Apin, Asrul Sani
Salah Asuhan - Abdoel Moeis
Perawan di Sarang Penyamun - Sutan Takdir Alisjahbana

Sengaja akan memposting buku buku yang dibaca setiap bulan under #2016ReadingProject sebagai ganti #OCDProject. Sengaja pula memposting ini sebelum Januari habis karena keknya saya butuh istirahat. Akan menghadiri konser AriReda bersama mas mas pujaan bangsa di 26 ini dan kepleset ke Bali empat hari sebelumnya karena masa membudak hingga setahun penuh tanpa cuti itu berakhir sudah. Corrie adalah tokoh terakhir untuk bulan ini yang saya izinkan untuk memporakporandakan hati ini. Bungcudh bangetlah, udah baper baperan pula mbaca sampe habis. 

Oke, ehm, lebay.

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/236x/e7/09/b1/e709b1c69ece15808a3552835bf2cc71.jpgYang saya takjubkan justru, saya ternyata punya banyak sekali waktu untuk membaca. Kebiasaan membaca buku berhenti sejak berganti pekerjaan. Saya ingat buku terakhir yang saya baca adalah Linguae-nya Seno Gumira dan itupun rasanya butuh berbulan bulan untuk menamatkan buku tak seberapa tebal itu. Alasannya; sibuk, malas, mending ngecek media sosial.

Mengganti kebiasaan itu ternyata semudah ini; selalu bawa buku. Jam kerja masih gila gilaan, lembur masih sekejam ibu tiri, hati masih dipenuhi lara bertubi, perasaan apalagi. Tapi dengan membawa buku, ternyata waktu luangnya lumayan banyak loh. Saat dalam perjalanan ke kebun yang berjam jam itu, menunggu revisian sibos, makan siang, sepulang kerja, sebelum tidur, belum lagi jika jadual nongkrongnya kosong. Banyak, berjam jam. Tidak sedikit buku yang habis dalam sekali duduk walopun beberapa butuh hingga 4-5 hari untuk menamatkannya karena either tebal atau berbahasa inggris. 

Eniwei, semoga kebiasaan baru ini bertahan. Untuk tidak dikit dikit tenggelam dan mengurai keentahan dalam jabaran jabaran serba rumit yang melelahkan itu. Mending membaca, atau belajar berenang. Atau jalan jalan. Atau nonton konser di kota orang.

Hidup memang selayaknya dijalani dengan perasaan senang.



18 Januari 2016

Gasabar menunggu duapuluhenam!