Monday, January 18, 2016

100 Buku Untuk 2016

Lelah mata Hayati.


Hahaha, satu dari kepinginan (atau romantisnya; resolusi resolusian) di tahun 2016 ini adalah membaca 100 buku. Asal muasalnya dari goodreads yang terkonek di facebook dan kawan kawan saya banyak sekali membaca buku di tahun 2015 kemarin! Merasa tertantang sayapun membentang ingin untuk menuntaskan sekurangnya 100 buku di tahun ini. 

Januari masih panjang, apalagi Desember. Semangat menggebu untuk terus membaca menghantarkan saya pada sepertiga akhir di bulan ini dengan runut buku yang telah dibaca:

Aleph - Paulo Coelho
The Devil and Miss Prym - Paulo Coelho
Kereta Malam - Avianti Ahmad
Perempuan Yang dihapus Namanya - Avianti Ahmad
Anjing Anjing Menggali Kuburan - Kumcer Terbaik Kompas 2014
Senja dan Cinta Yang Berdarah - Seno Gumira Ajidharma
Philosophy 101 - Paul Kleinman
Pohon Pohon Sesawi - YB Mangunwijaya
Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer - Pramoedya Ananta Toer
Tiga Menguak Tabir - Kumpulan Puisi Chairil Anwar, Rivai Apin, Asrul Sani
Salah Asuhan - Abdoel Moeis
Perawan di Sarang Penyamun - Sutan Takdir Alisjahbana

Sengaja akan memposting buku buku yang dibaca setiap bulan under #2016ReadingProject sebagai ganti #OCDProject. Sengaja pula memposting ini sebelum Januari habis karena keknya saya butuh istirahat. Akan menghadiri konser AriReda bersama mas mas pujaan bangsa di 26 ini dan kepleset ke Bali empat hari sebelumnya karena masa membudak hingga setahun penuh tanpa cuti itu berakhir sudah. Corrie adalah tokoh terakhir untuk bulan ini yang saya izinkan untuk memporakporandakan hati ini. Bungcudh bangetlah, udah baper baperan pula mbaca sampe habis. 

Oke, ehm, lebay.

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/236x/e7/09/b1/e709b1c69ece15808a3552835bf2cc71.jpgYang saya takjubkan justru, saya ternyata punya banyak sekali waktu untuk membaca. Kebiasaan membaca buku berhenti sejak berganti pekerjaan. Saya ingat buku terakhir yang saya baca adalah Linguae-nya Seno Gumira dan itupun rasanya butuh berbulan bulan untuk menamatkan buku tak seberapa tebal itu. Alasannya; sibuk, malas, mending ngecek media sosial.

Mengganti kebiasaan itu ternyata semudah ini; selalu bawa buku. Jam kerja masih gila gilaan, lembur masih sekejam ibu tiri, hati masih dipenuhi lara bertubi, perasaan apalagi. Tapi dengan membawa buku, ternyata waktu luangnya lumayan banyak loh. Saat dalam perjalanan ke kebun yang berjam jam itu, menunggu revisian sibos, makan siang, sepulang kerja, sebelum tidur, belum lagi jika jadual nongkrongnya kosong. Banyak, berjam jam. Tidak sedikit buku yang habis dalam sekali duduk walopun beberapa butuh hingga 4-5 hari untuk menamatkannya karena either tebal atau berbahasa inggris. 

Eniwei, semoga kebiasaan baru ini bertahan. Untuk tidak dikit dikit tenggelam dan mengurai keentahan dalam jabaran jabaran serba rumit yang melelahkan itu. Mending membaca, atau belajar berenang. Atau jalan jalan. Atau nonton konser di kota orang.

Hidup memang selayaknya dijalani dengan perasaan senang.



18 Januari 2016

Gasabar menunggu duapuluhenam!