Tuesday, December 30, 2014

Jelang 2015

Layaknya ulang tahun, saya selalu bersemangat soal tahun baru. Tahun di mana hal hal bisa dilakukan dengan perasaan baru walopun sebenarnya bentukan saya ya begitu begitu saja. Saya percaya pada kekuatan doa, bahwa doa doa kecil yang dilempar dengan kesungguhan hati akan menemui titik wujudnya kelak.

Banyak sekali doa doa kecil yang saya lontarkan melalui blog ini, dengan sejumput perasaan percaya bahwa ia akan terwujud kelak entah kapan. 2014 akan habis dalam hitungan jam, saya menulis ini melalui kubikal kecil di sore hari yang longgar selepas marathon deadline terkirim dan dipresentasikan. Saya selesai, untuk hari ini.

Saya menulis resolusi 2014 di postingan ini. Keinginan saya polos sekali tahun itu:
Resolusi 22:
1. KULIAH 
2. LAPTOP DAN KENDARAAN BARU
3. JATUH CINTA
4. BEPERGIAN
5. LEBIH SABAR DAN BERKOMPROMI
6. NEW YORK

Ini adalah tahun yang memalukan kerena tidak satupun dari resolusi tersebut terpenuhi hahaha.
Namun entah mengapa saya merasa baik baik saja, tidak merasa terbebani dan resolusi resolusi itu terlupakan di bulan ketiga. Saya hanya ingin membagi highlight kejadian kejadian 2014 di tulisan kali ini. Mengingat banyak bulan di rentang mei-desember yang terlewatkan untuk berbagi kabar via blog seperti yang biasa saya lakukan.

Awal tahun, di awal usia 22 saya menemui jenuh luar biasa dengan pekerjaan di televisi. Ada banyak alasan yang memantapkan langkah saya untuk kemudia resign di bulan Oktober. Bulan mei, tanggal 27 ibu saya meninggal dunia selepas dua minggu sakit keras. Dimulai dari sulit tidur, kaki yang membengkak hingga puncaknya, beliau divonis gagal ginjal dan akan segera meninggal. 'Segera' yang mengambil porsi sepekan. Jika saya tau itu adalah minggu terakhir saya melihat ibu, ada banyak sekali yang ingin saya ceritakan pada beliau. Untuk mengganti tahun tahun tanpa kebersamaan dengan beliau semenjak saya sibuk bekerja.

Paska meninggalnya mama, ingatan saya samar. Saya ingat saat menjadi manager event di salah satu cafe besar di sampit, puluhan bahkan ratusan malam yang dihabiskan di kedai kopi, tindakan irasional dalm upaya memenuhi rindu pada seseorang di masa lalu hingga beberapa moment di mana saya mendadak sesak nafas dan menangis sejadinya karena kangen mama.

Selepas lebaran, saya membulatkan tekad untuk berhenti dari televisi yang kemudian disetujui pada bulan oktober akhir. Saya kemudian mendapat tawaran untuk menjadi staff komunikasi di salah satu perusahaan perkebunan sawit dan menjadi corporate slave seperti yang sering dibanggakan kaum urban kelas menengah ibukota itu.

Dengan gaji yang cukup untuk hidup dan berkehidupan, saya kini memasuki bulan kedua di tempat kerja baru. Tidak ada yang mudah dari transisi, terimakasih kepada kamu yang telah berkenan menemani malam malam penuh keluh saya selama Nopember silam. Yang menghibur dan mengajak jalan jalan, yang senantiasa baik dan pengertian. Terimakasih.

Kini 2014 tinggal hitungan jam. ada ribuan resolusi yang ingin saya tuliskan di tahun depan saat berulang tahun. Saya simpan nanti, untuk tahun yang semoga penuh dengan kebahagiaan.

Selamat tahun baru!

Saturday, March 29, 2014

Mediasi Lupa

Kerusuhan 2001 adalah isu kelewat sensitif hingga media media lokal berhenti melakukan pemberitaan memorial tahunan di tahun ke sebelas paska kejadian. Hal ini terlewat begitu saja. Menjadi satu dari sekian banyak sejarah berdarah yang terjadi di negara pelupa, Indonesia. Namun apa yang tersisa paska terjadinya sebuah insiden?

Trauma.

Belasan tahun lewat seusai kejadian yang menyisakan berita berita dengan suntingan sedemikian rupa meminimalisir penggunaan etnis tertentu atau kota tertentu ini, sebuah kasus pembunuhan terjadi di Pangkalanbun, Kotawaringin Barat. Kabupaten tetangga Kotawaringin Timur -Sampit- tempat insiden 2001 terjadi.

Kronologis kejadian dapat dibaca online melalui koran Borneo News di sini dan di sini. Berita Tabengan ada di sini. Saya paling sering mendapat teguran "Sudah Nan, jangan diungkit ungkit lagi" setiap bertanya kepada orang orang di sekitar maupun beberapa pejabat yang pernah terlibat insiden 2001 saat riset penulisan memorial sebelas tahun kerusuhan beberapa tahun lalu. (baca di sini)

Saya kira kita ini bangsa yang gampang lupa. Banyak kasus kekerasan terhadap nilai kemanusiaan yang terlewat begitu saja tanpa bahasan dan penyelesaian berarti. Kita bicara ribuan orang yang meninggal sebagai efek dari insiden 2001. Kita bicara puluhan ribu rumah yang hancur tanpa ganti rugi. Semuanya diminta ikhlas, semuanya diminta legowo dan menganggap insiden 2001 tak lebih dari bencana alam yang dikirimkan Tuhan sehingga setiap yang terlibat sebagai pelaku maupun korban di dalamnya tak boleh bersuara terlalu keras, sebab tak baik mengungkit ungkit musibah seolah tak bersyukur atas nikmat yang banyak diberikan di masa sekarang, kan? (referensi kesepakatan damai dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur nomor 05 tahun 2003)

Lupa saja nampaknya tak cukup menghilangkan trauma tadi. Sebuah kasus pembunuhan atas warga Mendawai dengan pelaku dari kelurahan Madurejo ditangani sedemikian ketat seolah kasus ini berpengaruh banyak pada perdamaian dunia (atau memang iya?) sementara jika kata 'Mendawai' dan 'Madurejo' dihapuskan kasus pembunuhan ini tak akan sampai membuat Bupati turun ke lapangan dan meluluhlantakkan TKP, atau Kapolda yang terbang segera untuk menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. Juga tidak akan sampai membuat puluhan tetua adat berkumpul dan menggagas ide untuk menyelesaikan kasus ini secara adat. Ia akan menjadi satu dari sekian banyak kasus pembunuhan biasa yang takkan lebih dari ungkapan belasungkawa kapolsek kecamatan setempat.

Jadi siapa bilang kita sudah lupa?

Sunday, January 12, 2014

Selamat Menjadi 22, Nani!

Saya berulangtahun kemarin. Genap menjadi duapuluhdua tahun, tua yaaa hahahaha. Saya menelikung kebiasaan menulis resolusi (yang biasanya berlabel 'Resolusi 20, Resolusi 21 dst itu) dan menggunakan judul di atas. Tapi konten posting ini sama saja kok, ini adalah Resolusi 22 saya. 

Setahun terakhir saya diizinkan untuk mengalami usia 21 yang luar biasa. Semuanya sudah saya tumpahkan dalam beberapa posting blog berbulan bulan belakangan sehingga tak perlulah ia menemui repetisi di tulisan kali ini. Intinya saya sangat senang pada 2013, pada usia 21 dengan segala keramaian dan kesunyiannya. Dengan jatuh dan patah cintanya ^^

Kali ini saya merayakan ulang tahun dengan membungkus rapi 22 kopi print out Perempuan Kopi dalam bungkus kado cantik berhiaskan pita. Nani memang perempuan sekali hihi. Semuanya menemui pemilik, baik dalam maupun luar kota, baik yang saya serahkan langsung maupun melalui berkloter kloter pengiriman via pos. Semuanya berisi keinginan untuk berbagi keriaan yang sama dengan saya yang tengah merayakan ulang tahun. Semoga energi ini sampai kepada siapapun yang membaca Perempuan Kopi nantinya.

Norak ya? hahaha. Iya saya tau kok, saya seperti anak kecil kebanyakan energi dan sangat bersemangat saat berulangtahun. Saya bahkan melarang diri sendiri untuk menulis soal resolusi tahun baru sebelum 10 Januari tiba. Tahun ini, saya habiskan energi bermalam malam mengedit ulang Perempuan Kopi, mencetak, memperbanyak lalu membungkusnya serapih mungkin demi alasan yang saya sendiri ga tau apa. 

Saya hanya suka melakukannya, itu saja. Maka beginilah, Nani genap menjadi 22 dan masih punya ratusan hari di 2014 untuk dilewati -semoga- dengan euforia dan kegembiraan serupa sepanjang tahunnya. Amin.

Usia begini masih layakkah untuk dirayakan dengan keriaan yang cenderung berlebihan? Kenapa tidak! Bersama teman teman kantor saya merayakan pertambahan usia dengan kejutan berupa 10 cupcake di atas meja kerja. Malamnya saya berada di tengah dua kawan baik untuk menggila mumpung usia masih muda hahaha. Perayaan ini menyenangkan dan membaginya bersama orang lain menjadi jauh lebih menyenangkan.

Terimakasih untuk semua doa di hari ini, semoga semua yang bagus bagus mewujud dalam kehidupan Nani yang kece ini. Amin!

Resolusi 22:
1. KULIAH 
Keinginan ini tercetus saat bersama presenter senior di televisi tempat saya bekerja menceritakan soal betapa ia ingin kuliah tapi hidup berjalan begitu cepat. Tau tau kerja, nikah, punya anak, dan usia mudanya lewat begitu saja. Waktu itu di kantin kantor pemerintah kabupaten saya sekenanya menjawab "Yuk tahun depan kuliah yuk. Ambil hukum aja biar lucu" dan disambut pendar gembira dan nada antusias dari kawan saya ini. Kami lalu berencana untuk masuk pada gelombang penerimaan mahasiswa di bulan Februari dan mengambil sebanyak2nya SKS agar segera lulus hahaha. Saya tau saya akan sangat malas untuk kuliah kalau ini sekedar resolusi yang dicetuskan sendiri. Kali ini saya sudah kadung membuat janji pada seorang kawan dan terkutuklah saya jika sampai mengecewakan orang lain yang sudah mempercayakan harapannya kepada saya hanya karena alasan malas. Jadi, kita lihat saja ke depannya gimana ^^

2. LAPTOP DAN KENDARAAN BARU
Ini sebenarnya upaya untuk memotivasi diri sendiri agar lebih giat bekerja di tahun ini. Ditambah dari itung2an Nani, tahun ini memungkinkan untuk saya memulai kreditan baru hahahaha.

3. JATUH CINTA
Naif banget ya? membuat semacam target perkara rasa begini. Kepinginan saya simpel kok, agar berjalan keluar dari kotak kebiasaan lama berisi dekralasi-cinta-hanya-kepada-satu-orang-saja itu. Jenuh pada diri sendiri yang hanya bisa merengek dan menya menye soal susah move on. Saya ingin bertemu dengan orang orang baru dan mengenal konsep jatuh cinta di luar kotak itu. Jika rasanya akan berbeda, saya sudah cukup yakin dengan kemampuan kompromi saya kok. Tidak mengeluh dan belajar formulasi baru soal tjinta. Karena Nani sangat sangat layak untuk disayangi :p

4. BEPERGIAN
Entah ke mana, 2014 pengen bisa jalan jalan!

5. LEBIH SABAR DAN BERKOMPROMI
Ini terkait pekerjaan, keluarga dan kehidupan. Saya sadar kalau saya orangnya ga sabaran, terbukti dengan seringnya saya menyenggol barang2 hingga berantakan karena ingin cepat cepat bergerak. Saya yang lebih memilih buat menguliti kulit mangga pake gigi ketimbang berdiri dan mencari pisau atau sekadar jatuh dari sepeda motor lantaran selalu terburu buru kalau berangkat siaran. Antara ga sabaran dan males emang tipis ya, Nan :p ketidaksabaran ini didukung minimnya kemampuan berkompromi sebagai produk akhir dari keras kepalanya saya adalah kombinasi maut untuk menjadi Nani yang menyebalkan hahaha. Saya tidak pernah betah bekerja lebih dari setahun di tempat yang sama, lima tahun terakhir saya sudah bekerja di empat perusahaan berbeda (setahun di antaranya jadi pengangguran) dan ini konyol. 

Sebab ada begitu banyak benefit dari bekerja di tempat menyenangkan dalam waktu lama seperti televisi tempat saya sekarang. Jaminan pensiun, cuti regular, jam kerja yang kian lama kian longgar.. hahaha. Intinya saya ingin berhenti grasak grusuk dan lebih berpikir sebelum bertindak. Agar saya bisa bahagia lalu semua orang di sekitar turut berbahagia. Amin.

6. NEW YORK
Tentu saja, masih ingin berkehidupan di New York.

Segitu saja kok, Resolusi 22nya Nani. Semoga mereka menjadi penyemangat dalam upaya saya untuk terus berbahagia. Ketidakberhasilannya mewujud semoga tidak menjatuhkan saya dalam kondisi tidak bahagia berlama lama. Saya toh yakin Tuhan akan mempertemukan saya dengan orang orang yang akan membantu agar saya tidak terlalu lama menjadi tidak bahagia. Seperti yang ia sudah lakukan selama ini :)
 http://distilleryimage1.ak.instagram.com/e120843c7aba11e3b9b40e9c7b1acf11_8.jpg


Sesuai janji, saya akan merilis Perempuan Kopi dalam format e-book yang bisa diunduh di sini. Bagi yang ingin kopi print outnya saya bisa sediakan tapi ongkir ditanggung yang request hehe. Untuk yang berminat boleh ke rusnani.anwar@yahoo.com ya.

Oke. Sekian tulisan soal Nani yang sedang berulangtahun. Semoga kepinginn kepinginan di atas dapat terwujud. Semoga banyak bertemu kejadian menarik di tahun ini, semoga bisa bepergian ke kota asing, semoga bisa jadi penulis, semoga punya pacar, semoga hidup berjalan dengan penuh rasa bahagia!


Maka sekali lagi, Selamat Menjadi 22, Nani!

Thursday, January 02, 2014

Catatan Sampit


Berjanji kepada calon warga kota Sampit @RizmaNurani untuk menulis soal Sampit. Saya kesulitan mengumpulkan tulisan2 lama lantaran tidak begitu banyak menjabarkan kota ini. Ini akan menjadi posting soal kota Sampit, semoga Risma betah membacanya ^^

Sampit merupakan ibukota kabupaten. Nama kabupatennya sendiri adalah Kotawaringin Timur yang terdiri dari 15 kecamatan. Bertetangga dengan kabupaten Seruyan (Kuala Pembuang), Katingan, dan Kotawaringin Barat (pangkalanbun) Yang saat ini sedang ramai adalah upaya pembentukan provinsi bernama Kotawaringin yang akan menggabungkan lima kabupaten2 di atas. Prosesnya sudah masuk tahap pengajuan rekomendasi ke Mahkamah Konstitusi. Jadi, Sampit adalah sebutan untuk sebuah kota kecil yang terdiri dari 2 kecamatan (Baamang dan Ketapang) dan tidak terlalu luas.



Yang luas adalah kabupaten Kotim-nya, bukan Sampit-nya. Di Sampit, lantmi dan pemerintahan ada di kota ini. Ada dua terminal, satu bandara, dua pelabuhan besar dan banyak sekali usaha retail dan franchise besar yang pernah dan buka di sini. Ada Jogja Chicken, Ayam Bakar Wong Solo, CFC, Pustaka 2000, Timezone, Matahari, Bakso Lapangan Tembak Senayan Jakarta, Inul Vizta, Coffee Toffee sampai yang terbaru adalah Hypermart.
Sungai Mentaya dan pasar modern PPM

Lokasinya yang berada di pinggir sungai Mentaya juga menguntungkan Sampit dari segi ekonomi. Ditambah dengan puluhan perusahaan besar sawit (PBS) yang beroperasi di kabupaten ini membuat Sampit dihinggapi banyak investor untuk urusan retail-franchise di atas. Dibanding Palangkaraya, kemajuan pembangunan di Sampit jauh lebih cepat karena perputaran uang yang juga lebih cepat ini.

Saya perlu ngomongin soal APBD dan pagu anggaran pemerintah daerah ga ya? yang pasti setiap tahun pendapatan asli daerah (PAD) Kotim selalu di atas 100 persen dari target awal. Tahun ini 100,4 persen. But we'll skip that, gapenting hehehe.

Sebelum puluhan Perusahaan Besar Sawit merajai wilayah kabupaten Kotim, kota ini terkenal dengan logging di mana perusahaan besar kayu berjaya hingga awal tahun 2000an (saat itu razia ketat di mana mana, tidak sedikit yang kolaps gara2 kasus ilegal logging) kala itu ada beberapa nama perusahaan kayu raksasa di kotim antara lain NV Dajak Hovriben (belanda),  PT. Meranti Mustika (Singapura) dan lainnya
Rumah khas era belanda
Dari segi budaya, Sampit merupakan asimiliasi dari banjar dan dayak. Memiliki bahasa asli bernama bahasa dayak Sampit yang sayangnya hanya segelintir orang yang bisa berbahasa ini. Kurikulum di sekolah sekolah tidak lagi memuat bahasa dayak sebagai pelajaran muatan lokal dan ini sangat memprihatinkan.

Posisinya sebagai pusat ekonomi membuat banyak pendatang di kota Sampit. Menemui orang dayak asli di Sampit bukan perkara mudah sebab kota ini didominasi suku Jawa, Madura dan Banjar. Hal ini membuat nilai toleransi di kota Sampit cukup tinggi terutama pasca kerusuhan yang terjadi 2001 silam. Sekarang semuanya hidup berdampingan dalam koloninya masing masing dan semoga selalu damai yaa ^^

Semoga berkenan dengan tulisannya yaa.