Look what I found on my desk this evening:
Jika memang ada semacam patokan 'berpenampilan menarik' dalam sebuah pekerjaan, maka akan ada yang disebut generalisasi kecantikan. Standarisasi. Ini aneh, mengingat 'menarik' adalah kata sifat yang probabilitasnya masih mengawang awang.
Saya sih, sudah tau seperti apa yang mereka cari :D
1. Kurus
2. Bersedia mengenakan kaos ketat, hak tinggi dan rok mini ketika bekerja
3. Rambut panjang, kulit mulus, make up tebal
4. Jago merayu
Hehe, ini bukan semacam generalisasi SPG yang saya buatan sendiri loh. Yang saya tau, inilah pengertian 'berpenampilan menarik' dari salah satu kualifikasi pencarian kerja di atas. Kalo gitu, kasian cewek cewek seperti saya* dong..
*Seperti saya : Gendut, jelek, kutu buku, gabisa dandan, illcommunication dan super tidak pinter ngerayu (lah, ngobrol aja saya gagu, apalagi ngerayu :P)
Dunia Angka
Kita hidup di dunia angka.
Ah, kita hidup di dunia berstandar angka.
Kita dikenalkan pada satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan sembilan sepuluh sejak baru bisa buka mata.
Lantas ayah-ibu ajarkan pada kita untuk senantiasa kejar peringkat pertama dimanapun kita berada.
Setelah dewasa, kita begitu terobsesi pada jumlah,ukuran, dan kalkulasi angka.
Kita begitu peduli pada peringkat berapa kita berada pada tatanan masyarakat , lantas terobsesi untuk mengejarnya.
konon, di dunia manusia, nilai prestise dan kehormatan seseorang ditentukan oleh para angka.
Dengan angka mereka dengan mudahnya mengkotak kotakkan manusia lainnya.
Berdasarkan jumlah harta, mereka membagi manusia menjadi miskin-kaya.
Berdasarkan urutan peringkat, mereka klasifikasikan sebagai genius-idiot-hingga goblok luar biasa.
Berdasarkan ukuran, mereka jajah dengan doktrin kurus-gemuk-seksi-culun-kutubuku dan puluhan kata sifat lainnya.
Aku terkesima, manusia memang sakti mandraguna.
Mereka bisa memberikan predikat yang mungkin tak bisa orang lain terima.
Aku pun lantas tertawa dengan dunia fisik kita.
Kulihat di pusat perbelanjaan, banyak anak anak baru lulus pada magang, berseragam SMA.
Aku masih ingat, waktu dulu disekolah, aku sangat peduli pada aturan sekolah nomor duabelas, tentang dilarangnya memodifikasi seragam sekolah, untuk mengejar prestise dan predikat “murid teladan yang patuh pada gurunya”.
Ya, dulu waktu di sekolah, kami dilarang keras mengetat ngetatkan seragam, konon katanya tidak sopan untuk standar anak SMA.
Tapi di sana kulihat seragam kecil luar biasa, pas ditanya, konon katanya itu tuntutan buat jadi pramuniaga.
Ooo, jadi peraturan itu sifatnya fleksibel ya, bisa di modifikasi dan diubah ubah meskipun objeknya itu itu saja.
Juga tentang sebuah surat pencarian kerja.
Persyaratannya sungguh membuatku tertawa.
Bagaimana tidak, persyaratan konyol itu tertera tepat di urutan pertama.
“1. Wanita, usia 17-25, berpenampilan menarik”.
Lantas baru di urutan kedua.
“2.tinggi minimal 150cm,memiliki kendaraan pribadi dan siap menerima penempatan kerja”.
Nah.. setelah juling mataku mencari, baru kutemukan di urutan lima.
“5. Melampirkan ijazah pendidikan terakhir, minimal SMA”.
Rupanya sudah berpuluh puluh tahun aku tinggal di bawah batu, hingga kaget aku melihat surat edaran pencarian kerja.
Persyaratan 1-4 adalah spesifikasi bentuk, rupa, dan penampilan fisik kita.
Baru lantas nun jauh di ujung sana, baru mereka mempertanyakan isi otakmanusia,.
Sungguh, kurasa inilah jawaban terakhirku atas kenapa aku enggan terjun ke dunia kerja.
Hahaha.
Habisnya. “berpenampilan menarik” adalah standarisasi pelecehan kaum wanita.
Makna sebenarnya bukan seberapa pandai anda “menarik” customer untuk berbelanja.
Tapi seberapa besar anda punya dada.
Seberapa menawan senyum anda.
Dan seberapa tinggi rok span itu mampu melekat pada paha.
Cuih, prostitusi besar besaran Negara kita.
Lagipula, kumohon jawab pertanyaanku, apa fungsi ukuran lingkar pinggul dan dada dalam usaha kita memerangi kelaparan dunia?.
No comments:
Post a Comment