Salah satu habit yang agak menyusahkan saya adalah saya sangat gampang terobsesi. Mungkin ini merupakan produk dari sikap keukehan dan kecenderungan menyukai detil. Tapi masalahnya, lepas obsesi itu dilakoni dalam kurun waktu tertentu, saya cenderung lupa sama sekali. Jadi fasenya menemukan-tertarik-obsess-bosan-lupa.
Ini yang membuat saya terlihat meletup letup, ada euforia atas kesukaan berlebihan terhadap sesuatu. Ini yang menyalakan semangat untuk rentang waktu tertentu lalu ketika memasuki fase bosan, saya bisa walked away begitu saja. Begitu. Saja. Saya tidak pernah berada di long-stable state of barely anything. Kalau tidak ditanya seorang kawan soal "Kenapa sih Nan, ga bisa betah kerja lama-lama" saat saya menyebutkan saya ingin menjadi guide di Tanjung Puting beberapa waktu silam tidaklah saya bakal merenungi kebiasaan ini.
Dalam resume tujuh tahun saya bekerja, sekurangnya enam jenis pekerjaan sudah saya lakoni. Semuanya tidak lebih dari setahun, yang terpanjang ya di televisi lokal, setahun sembilan bulan. Apakah ini dalam rangka mencari pengalaman sebanyak banyaknya? No, its simply because I lost my reason of staying. Hal ini yang membuat hidup tidak kunjung nyaman.
Bahkan untuk soal remeh temeh seperti makananpun, saya memiliki kecenderungan ini. Saat ini saya berada di state benci durian padahal saya ingat saya pernah menasbihkan pancake durian adalah makanan surgawi dan kasian sekali pemuja surga jika kelak ga ketemu durian di sana. Pernah juga setiap hari makan martabak depan Perumnas Pembina dan kemudian ga suka begitu aja.
Sekarang, saya lagi suka sukanya sama serial How I Met Your Mother, Seno Gumira Ajidharma dan game Piano Tiles 2. Kesukaan ini menjelma dalam hari hari nyaris setiap hari sebulan belakangan. Polanya berulang; bangun pagi, nyeduh kopi lalu membaca satu dua jam, ngantor, istirahat maraton 2 episode HIYM lalu balik ngantor, pulang pulang kalo ga nongkrong, lanjut baca dan main piano tiles sampai benar benar ngantuk atau bablas 24 jam ga tidur demi memenuhi obsess yang aneh aneh tadi.
Akhirnya saya mendapat jawaban atas pertanyaan saya sendiri di masa muda dulu. Saat belum mengenal lawan jenis, sedemikian frigid dan hanya punya komik-komik serta ekstrakurikuler PMR. Soal "Kenapa orang se-desperate itu untuk dicintai?" saat melihat kawan kawan, film-film serta orang dewasa di sekitar saya yang jungkir balik lantaran cinta.
Jawabannya: Cinta adalah formula yang menyelamatkan setiap orang dari rutin yang menjemukan.
Tidak ada yang salah dengan rutin, itu yang membuat manusia memiliki fungsi di tatanan masyarakat. Apa yang digeluti sebagai profesi, apa yang membuat nama kita dikenal, apa yang membuat kita tetap bisa ngunyah nasi padang dan belanja bulanan, dan seterusnya dan seterusnya.
Hanya saja, tidak ada lonjakan hormon di dalam rutin dan ia sangat, sangat berpotensi membawa saya ke dalam state nothingness. Soal nothingness sudah saya bahas sebelumnya, saya bisa bertahan hidup di kondisi tidak berkomunikasi lebih dari sekadar hai-halo dan apa kabar dengan asupan game dan buku buku. Hidup, bernafas, menjalani rutin dan tetap bekerja dengan baik. Tidak sedih tidak senang hanya nothing dan itu yang justru mengerikan.
But I'm done with that phase, saya adalah pelakon rutin yang sedang menikmati setiap kemungkinan atas perwujudan oase di atas. Dimulai dengan menciptakan oase-oase kecil saya sendiri di dalam rutin itu. Pada akhirnya semua hal adalah perkara perspektif, dan mumpung perspektif ini belum kacau banget, saya pengen pelan-pelan memperbaikinya. Untuk tidak lagi terobsesi terhadap formulasi ideal goal rasa nyaman yang saya reka sendiri, untuk berkompromi dan menerima kenyataan bahwa I'm that desperate of love :')))
Sekarang, saya lagi suka sukanya sama serial How I Met Your Mother, Seno Gumira Ajidharma dan game Piano Tiles 2. Kesukaan ini menjelma dalam hari hari nyaris setiap hari sebulan belakangan. Polanya berulang; bangun pagi, nyeduh kopi lalu membaca satu dua jam, ngantor, istirahat maraton 2 episode HIYM lalu balik ngantor, pulang pulang kalo ga nongkrong, lanjut baca dan main piano tiles sampai benar benar ngantuk atau bablas 24 jam ga tidur demi memenuhi obsess yang aneh aneh tadi.
Akhirnya saya mendapat jawaban atas pertanyaan saya sendiri di masa muda dulu. Saat belum mengenal lawan jenis, sedemikian frigid dan hanya punya komik-komik serta ekstrakurikuler PMR. Soal "Kenapa orang se-desperate itu untuk dicintai?" saat melihat kawan kawan, film-film serta orang dewasa di sekitar saya yang jungkir balik lantaran cinta.
Jawabannya: Cinta adalah formula yang menyelamatkan setiap orang dari rutin yang menjemukan.
Tidak ada yang salah dengan rutin, itu yang membuat manusia memiliki fungsi di tatanan masyarakat. Apa yang digeluti sebagai profesi, apa yang membuat nama kita dikenal, apa yang membuat kita tetap bisa ngunyah nasi padang dan belanja bulanan, dan seterusnya dan seterusnya.
Hanya saja, tidak ada lonjakan hormon di dalam rutin dan ia sangat, sangat berpotensi membawa saya ke dalam state nothingness. Soal nothingness sudah saya bahas sebelumnya, saya bisa bertahan hidup di kondisi tidak berkomunikasi lebih dari sekadar hai-halo dan apa kabar dengan asupan game dan buku buku. Hidup, bernafas, menjalani rutin dan tetap bekerja dengan baik. Tidak sedih tidak senang hanya nothing dan itu yang justru mengerikan.
But I'm done with that phase, saya adalah pelakon rutin yang sedang menikmati setiap kemungkinan atas perwujudan oase di atas. Dimulai dengan menciptakan oase-oase kecil saya sendiri di dalam rutin itu. Pada akhirnya semua hal adalah perkara perspektif, dan mumpung perspektif ini belum kacau banget, saya pengen pelan-pelan memperbaikinya. Untuk tidak lagi terobsesi terhadap formulasi ideal goal rasa nyaman yang saya reka sendiri, untuk berkompromi dan menerima kenyataan bahwa I'm that desperate of love :')))
No comments:
Post a Comment