Saturday, November 13, 2010

Implikasi Adiksi Sinetron Indonesia Pada Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Selamat Sore dan Salam Sejahtera

Dan Assalammualaikum Wr. Wb

Sate, Bakso, Emping, Kerupuk,

Semuanya Enak!

Baik, dalam panel kali ini kita akan membahas mengenai dampak candu sinetron pada pertumbuhan ekonomi nasional. Saya, Dra. Rusnani Anwar S.om S.Kop S.os akan menjelaskan melalui pandangan ilmiah sesuai bidang ilmu yang saya kuasai. Sesuai gelar, saya pandai merayu Om om, sempat bergabung dengan Koperasi Sejahtera milik bu lurah dan saya gemar makan sosis.

Saudara saudara dalam lindungan tuhan (kok berasa khotbah yak)

Saya sangat prihatin atas maraknya penayangan sinetron di televisi Indonesia. Episode episode sinetron tersebut kerap membuat saya sakit perut dan merasa lapar. Saya sendiri gagal menemukan apa korelasi antara sinetron dan perut yang lapar. Saya lapar, beri saya makan, maka kejahatan akan hilang dari muka bumi, berpindah ke pantat bumi dan bagian tubuh lainnya.

Mari kita berkaca, siapa sebenarnya yang paling banyak mengkonsumsi tayangan sinetron? benar, adalah ibu ibu kampung dan babu babu kota. Kaum kelas tiga yang setiap harinya bergulat dengan kesusahan hidup. Yang menjalani pola berulang sumur-dapur-kasur 24 jam selama rentang tujuh hari. Bisa anda bayangkan betapa jenuhnya hidup seperti itu?

Selepas sehari penuh mengurusi asap dapur, para babu dan ibu ibu kampung kelas tiga itu akan berpaling kepada televisi. Saya sudah melakukan studi lapangan dengan objek penelitian emak dan tetangga saya. Emak, sebagai representasi ibu ibu kampung kelas tiga, rela meninggalkan dan menanggalkan segalanya demi mengikuti tayangan Cinta Fitri. Bagi beliau, tidak ada hal yang lebih penting di dunia ini selain mengetahui apakah Farel yang hilang ingatan kembali mengingat Fitri, cinta sejatinya.

Alhasil, keluarga kami sering tidak mendapat jatah makan malam. Terpaksa order makanan luar dan bayangkan berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk memenuhi hasrat konsumsi lima mulut manusia dan 12 ekor kucing setiap malamnya. Emak saya, secara langsung maupun tidak, telah melakukan pemborosan. Dan tentu saja, pemborosan itu berimplikasi pada pendapatan ayah dan semakin memperbesar jurang dari pendapatan per kapita dan target KB nasional.

(feel lost? me too)

Tayangan sinetron Indonesia, juga telah memperbesar jumlah pengangguran. Contoh terdekat adalah kawan saya. Sebut saja namanya Bunga (bukan nama sebenarnya), dia adalah seorang karyawan di sebuah kantor asuransi. Suatu malam, Bunga di minta untuk lembur untuk menyelesaikan laporan keuangan akhir bulan. Bunga, berada dalam dilemma. Di satu sisi, laporan keuangan yang tidak selesai akan memberikan dampak pragmatis di mana ia dan seluruh rekan sekantornya terpaksa telat digaji. Di sisi lain, Bunga nampaknya tak ingin melewatkan episode ke 97 sesion ke 6 Cinta Fitri.

Bunga, mengambil keputusan yang berat. Baginya, tidak ada yang lebih menyakitkan di dunia ini selain melewatkan adegan hiperbolis Mischa saat menyiksa Fitri, dan Farel yang lumpuh tengah berusaha sedramatis mungkin untuk kembali ke kursi roda. Ya, demi menonton para artis yang bahkan saat tidurpun memakai make up itu, Bunga rela melihat rekan sekantornya telat gajian.

Bunga, dengan segala kecacatan moral yang dimilikinya, memilih untuk bolos dan tidak menyelesaikan laporan keuangan bulan Oktober. Ia pulang kantor pukul lima dan menyiapkan diri untuk menantikan detik detik bersejarah dalam hidupnya, menonton episode ke 97 sesion ke 6 Cinta Fitri. Bunga, berhasil mengetahui bahwa Farel, selepas perjuangan maha beratnya, berhasil kembali duduk di kursi roda. Dan Mischa, kembali menjatuhkannya. Satu episode itu seluruhnya di isi adegan Farel-jatuh-terus-berusaha-naik-terus-dijatuhin-lagi. Bunga gegap gempita, hatinya cerah ceria bagaikan matahari di Minggu pagi.

Besok harinya, Bunga dipecat.

Dan bayangkan ada berapa banyak Bunga yang dipecat dan menjadi pengangguran di negeri ini lantaran bolos demi nonton sinetron super lebay dengan jalan cerita absurd dan karakter imbisil seperti kawan saya Bunga??

Atas nama keadilan, saya menuntut agar tayangan sinetron Indonesia dihapuskan selamanya. Gantikan dengan tayangan open air Al Jazeera atau StarWorld, juga gapapa. Atau jadikan saya Menteri Komunikasi dan Informasi. Saya juga ga tau apa hubungannya dengan sinetron Indonesia, yang pasti saya akan lebih banyak salaman dengan Michelle Obama.

Sekian pidato saya sore hari ini.

Salam sejahtera, Assalammualaikum

Bakso, Sate..

*Ditimpuk Massa*

2 comments: