Tidak ada kaitannya dengan Super Junior maupun produk Super Bubur. Menurut situs ini, superior adalah kondisi di mana seseorang berperasa lebih soal siapa yang lebih baik, lebih kaya, lebih berkuasa, lebih tinggi dalam berbagai kondisi strata dan status sosial lainnya. Menilai orang lain adalah perkara gampang, buatlah suatu standar perilaku tertentu dan lakukan analisa sederhana (sesederhana membaca rangkaian tweetnya, atau beberapa postingan facebook beserta foto profil, misalnya) lalu voila! berbagai label akan segera menempel. Mulai dari snoob, noob, hipster, alay, atau istilah apapun yang memberikan perasaan lega lebih lebih, superior.
Namun mudahkah bagi kita untuk memberikan standar perilaku tertentu dan melabeli diri kita sendiri dengan berbagai adjektifa? Atau mencoba jujur bahwa pada beberapa level kita sedikit melewati batas dan mencari perlindungan di balik kekurangan seseorang, atau sekedar merasa takut atas insekuritas lalu hidup dengan tameng bernama superioritas.
Konon, kesombongan berasal dari peraaan rendah diri yang tak terselamatkan. Seandainya logika ini bisa berlaku pada kausal kausal lain, maka saya harus berbangga diri menyebut diri saya cerdas sebab kebodohan saya nampaknya sudah tak terselamatkan. Atas asumsi pribadi, saya memandang superioritas adalah kesombongan yang lebih 'sopan' karena ia tidak melibatkan orang lain sebagai objek kesombongan kecuali dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment