Gambar nemu di google |
Keinginan untuk merilis postingan semacam ini bermula dari seorang teman yang melayangkan sebuah link ke messenger saya. Adalah sebuah situs hentai yang nampaknya luput dari upaya pemblokiran kemkominfo dan masih bisa diakses dengan mudahnya. Di ujung video saya hanya mengumpat dan bersegera membalas pesannya. "That was the kinkiest, worst hentai that I've ever watch!" dan kami tertawa panjang.
Iya, saya mungkin terkesan seperti maniak yang gemar membahas hal hal mesum di media sosial. Tapi sungguh, ini kali pertama saya menonton hal tersebut dan gelisah lantaran tak tau harus menunjukkan ekspresi semacam apa. Kalau pernah nonton Two Girls One Cup, ini tuh lebih njijiki. Entah kenapa saya masih berkawan dengannya.
Yang menarik perhatian saya adalah, nyaris di setiap JAV dan hentai yang bersebar tersebut, pemeran wanita selalu dalam keadaan dipaksa melakukan seks. Teriakan dan tangisan mendominasi satu sesi video. Terasa aneh, sekinky itukah selera orang orang Jepang? Oya, satu lagi, dalam beberapa situs bahkan kesulitan mengkategorikan tayangannya ke dalam bondage, BDSM, hardcore dan bizzare. Semuanya aneh. Dalam satu video ada perempuan yang dijadikan persembahan untuk alien nudis. Rentetan keanehan terjadi sepanjang 6 menit.
Kalau tertarik bisa baca baca di sini tentang sejarah pornografi Jepang. Setelah membaca artikel tersebut, saya semacam kaget dengan peryataan bahwa tingkat kekerasan seksual (baik pemerkosaan, pelecehan dan kekerasan seksual dalam rumah tangga) di Jepang justru kecil. Padahal, dengan logika bahwa pornografi di negara tersebut dibebaskan/legal dan akses terhadap hal tersebut yang tergolong mudah, semestinya mempertinggi angka kekerasan seksual tersebut.
Sementara di Jakarta, di mana lokalisasi sudah ditiadakan dan fatwa haram pornografi digaungkan, terjadi 68 kasus pemerkosaan terlapor sepanjang 2011. Naik 13 persen dibanding tahun sebelumnya. Dan di Indonesia terdapat 4.845 kasus sepanjang 1998-2010. Oke, ini semakin jauh dari konteks awal. Kita bicara apa tadi?
Yang menarik perhatian saya adalah, nyaris di setiap JAV dan hentai yang bersebar tersebut, pemeran wanita selalu dalam keadaan dipaksa melakukan seks. Teriakan dan tangisan mendominasi satu sesi video. Terasa aneh, sekinky itukah selera orang orang Jepang? Oya, satu lagi, dalam beberapa situs bahkan kesulitan mengkategorikan tayangannya ke dalam bondage, BDSM, hardcore dan bizzare. Semuanya aneh. Dalam satu video ada perempuan yang dijadikan persembahan untuk alien nudis. Rentetan keanehan terjadi sepanjang 6 menit.
Kalau tertarik bisa baca baca di sini tentang sejarah pornografi Jepang. Setelah membaca artikel tersebut, saya semacam kaget dengan peryataan bahwa tingkat kekerasan seksual (baik pemerkosaan, pelecehan dan kekerasan seksual dalam rumah tangga) di Jepang justru kecil. Padahal, dengan logika bahwa pornografi di negara tersebut dibebaskan/legal dan akses terhadap hal tersebut yang tergolong mudah, semestinya mempertinggi angka kekerasan seksual tersebut.
Sementara di Jakarta, di mana lokalisasi sudah ditiadakan dan fatwa haram pornografi digaungkan, terjadi 68 kasus pemerkosaan terlapor sepanjang 2011. Naik 13 persen dibanding tahun sebelumnya. Dan di Indonesia terdapat 4.845 kasus sepanjang 1998-2010. Oke, ini semakin jauh dari konteks awal. Kita bicara apa tadi?
Masaaloh nanii.... Hahahaha....
ReplyDeleteMasaaloh-nya buat 2 girls one cup atau.. Hentainya? *siul siul*
ReplyDeleteBuat kamu yang niat nulis ginian hahaha...
ReplyDelete