Mei 2011 lalu, saya menulis ini, soal bucket list, rentetan
keinginan sebelum menemui ajal. Sejak mengetahui bahwa kematian adalah
hal yang pasti dan saya tidak bisa hidup selamanya meski sudah menenggak
susu setiap pagi saat kanak kanak, saya menyusun satu per satu
keinginan untuk kelak menjalani hidup. Beberapa di antaranya bersifat
remeh, seperti makan mushroom cheeseburgernya Burger King sampai puas
dan ngobrol panjang lebar dengan orang asing di transportasi publik.
Maka kira kira begini runutan keinginan saya sampai dengan Mei 2011 tersebut;
1. Aku pengen nonton hujan di Jepang dan jalan kaki di malam hari di Manhattan.
2. Aku pengen ngebaca Wesanggini di kota tua Jakarta.
3. Belajar gitar, piano dan biola.
4. Ngobrol panjang lebar sama orang asing dalam pesawat.
5. Belajar renang.
6. Kiss a stranger.
7. Makan di Pizza Hut dan make fun with their waitress.
8. Nyanyi lagu Someone Like You-nya Adele di kawinan mantan.
9. Merayakan ulang tahun di atas Manglayang :)
Sekarang
giliran saya menuliskan revisi, mengeleminasi dan mencoret keinginan
keinginan yang sudah tercapai ataupun kadaluarsa -karena saya sudah
tidak begitu menginginkannya lagi-
Aku pengen nonton hujan di Jepang dan jalan kaki di malam hari di Manhattan.
Saya
pengen ke Jepang sejak SMP. Sebab saat itu tergila dengan anime dan
manga, didukung oleh penampilan Sung Kang dalam Fast and Furious; Tokyo
Drift, pergi ke Jepang menjadi hal yang lebih dari menggebu. Keinginan
ini rupanya terus tersimpan dan tanpa sadar, meski telah setua ini dan
tidak lagi menggemari manga, saya masih ingin pergi ke Jepang.
Soal Manhattan -Newyork secara keseluruhan- rasanya sudah tidak usah saya jelaskan. Semua orang pastilah ingin ke sana.
Januari 2012, terimakasih untuk aplikasi google earth untuk komputer mac, saya akhirnya bisa menonton hujan di Jepang :)
Ini sebenarnya kepinginan sok romantis sebagai imbas terlalu kepingin terlihat keren sih. Biar dapat aura pembaca buku yang filosofis saja. Tidak lebih dari spontanitas tanpa dasar jelas. Maka layaknya sesuatu yang dipaksakan, ia menjadi kadaluarsa.
Desember
2011 saya akhirnya ke Jakarta dan dua minggu setelahnya mengunjungi
kota tua. Bersepeda dan beli kincir angin mainan. Berhenti sejenak di
teras museum fatahilah dan menghela nafas "Sial, ternyata tidak seperti
yang saya bayangkan"
Lagi,
keinginan ini adalah produk kebelet keren. Gitar karena obsesi saya
terhadap pria yang membuat saya jatuh cinta, piano karena Gregory House
dan biola karena satu dari chapter di komik detektif Conan memuat
Stradivarius.
Maka, inipun lambat laun tereleminasi seiring ketidakantusiasan saya dalam mewujudkannya.
Ini
berkat film Rumor Has It atau film Bucket List itu sendiri. Saya pengen
nyoba memecahkan kebekuan dengan ngajakin orang ngobrol tema apa saja.
Pesawat, travel, daytrans, taksi menuju lokasi pemotretan, angkot, damri, kopaja, metromini, you name it. Done and done.
Belajar renang
Biar ga mati konyol saat ada banjir besar sih. Sampe sekarang udah bisa maju dalam air meski masih harus pake pelampung.
Kiss a stranger
Belum. Mungkin nanti ketika sudah tinggal di New York.
2011
adalah masa aktif saya di twitter, soal waitress Pizza Hut memang lagi
rame ramenya. Dan sebagai pribadi yang menjunjung rasa ingin tahu yang
tinggi dan senantiasa pengen ikut ikutan, sayapun pengen ngeliat
langsung semengganggu apa mereka ini.
Maret 2012, di Pizza Hut Epicentrum
Kuningan, saya mengalaminya. Iya, memang mengganggu. Tapi percayalah,
mereka tidak menyukai hal ini melebihi rasa terganggu kita.
Mantan mantan saya nyaris sudah menikah semua sekarang. Dan lagu lagu Adele sudah overused.
Merayakan ulang tahun di atas Manglayang :)
Kenapa
Manglayang bukan, misalnya, Tangkuban Perahu? Sebab satu satunya gunung
di Bandung yang saya tau adalah Manglayang. Dan kawan saya yang
menjabarkan soal Manglayang membuat saya cukup mantap untuk bisa mendaki
gunung ini suatu saat kelak, saat ulang tahun.
Desember
2012, kawan saya yang traveller setelah sekian tahun tidak terkoneksi,
menelpon dan bercerita soal rencananya mendaki Manglayang. Intinya,
gunung ini terlalu terjal dan berbahaya untuk didaki. Kalau
pengen main ke sana ya di kaki gunungnya aja. Semoga kelak di ulang
tahun keberapapun, bisa meniup lilin di sana.
Dan
dalam setahun, banyak keinginan yang bertumbuh seiring dengan beberapa
keinginan yang tercoret. Sebut ini formula lain dari ritual akhir tahun,
saya turut merayakan perpindahan tahun kali ini dengan rentetan
keinginan keinginan yang membuat manusia semakin menjadi manusia. Luluh
ke dalam resolusi sebab konon semesta punya cara ajaib untuk
mewujudkannya.
Bucket List, Revised December 20, 2012
- New York
- Menulis buku
- Keluar dari rumah dan tinggal sendiri
- Jatuh cinta
- Bikin zine
- Jadi anchor televisi
- Merasa cukup dan berdamai dengan keadaan
Coba dengerin frank sinatra, 'new york new york',nan.
ReplyDeleteI want to wake up in that city~
Deletesaya sudah sering berkeliaran malam2 di jalan2 new york, menembak penjual burger, melindas pedestrian atau mendaki liberty. semuanya ada di GTA 4! :D
ReplyDeleteHahaha, tetap saja pengalaman berjalan kaki di trotoar sambil makan bagels (ini saya kebanyakan nonton film kayaknya) tidak bisa digantikan grafis gran theft auto. Eh, saya masih menunggu rilisan album metal terbaik sepanjang 2012 di blogmu ^^
Deletesetidaknya di game itu kita mungkin bisa meraba2 seperti apa menjadi new yorker, hehe. waduh, saya tidak banyak mendengarkan album baru. playlist saya belakangan diisi lagu2 dari gta, hehe.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete