Bayangkan ini; gadis yang menghabiskan 19 tahun di kota seluas 16 ribu kilometer persegi dan tidak pernah bepergian ke manapun sepanjang hidupnya. Ia berasal dari keluarga menengah ke bawah, berpendidikan terakhir SMA dan tidak dianugrahi wajah cantik dengan body aduhai sehingga sulit baginya untuk bersegera menunaikan ibadah tama no koshi ni noru.
Dengan kondisi begini, tak ayal semua hal yang berada di luar habitat mampu menjadi pendar keajaiban di mata saya. 2012 telah menorehkan banyak sekali kejadian kejadian emosional terkait -ini pertama kalinya dilakukan- dan membuat saya tidak bisa melakukan apapun kecuali bersyukur.
Apalagi kalau bukan Jakarta. Berada di sana selama satu semester membuat saya bertemu terlalu banyak hal baru dan menyenangkan hingga kadang terasa sedikit melelahkan. Diskusi diskusi tataran langit di teras sevel, obrolan heboh soal musik keras, keberangkatan ke Bandung Berisik, bertemu Kimung setelah 5 tahun berkawan, dan rentetan hal lain yang terwujud setelah sebelumnya hanya tertuang dalam resolusi dan keinginan diam diam.
Sekaligus penanda, 2012 adalah usia 20 saya. Maka sebagai perayaan dekade kedua dalam hidup, saya diperkenankan untuk nonton di bioskop untuk pertama kalinya, membeli buku di gramedia, makan di pizza e birra, menyesap kopi di starbuck, menelan sashimi sushi tei pertama dalam hidup dan seterusnya. Saya diperbolehkan untuk mencoba gaya hidup yang disebut sebut sebagai kelas menengah dan merayakan kebebasan sebenar benarnya.
Pendar keajaiban ini, saya sulut untuk selamanya dalam kepala. Bahwa saya akhirnya bisa menikmati hidup yang selama ini saya anggap nikmat. Usia 20 adalah yang terbaik sejauh ini. Setelah puas dengan makanan makanan mewah, toilet duduk, lantai keramik dan ruangan ber-AC, saya memenuhi kebebasan yang saya anggap benar dengan mengambil keputusan untuk tidak berlama lama menjalani keajaiban ini.
Sebab setelah jam 12 malam, Cinderella akan tersungkur di antara labu dan kenangan akan indahnya dansa semalam.
dari sini |
Kini dalam hitungan hari, saya akan bertemu dengan 2013. Dan belum pernah saya merasa setakut ini terhadap masa depan. Soal apakah saya sudah menghabiskan keajaiban di hidup saya dalam sekali sentak semester waktu, tentang seperti apa saya melewati hidup nantinya di usia yang kian menua. Gigir ketakutan ini membuncah saat sadar kalau saya tidak punya rencana apapun atas hari esok dan seterusnya.
Selamat Tahun Baru, tahun tahun yang tak terselamatkan.
No comments:
Post a Comment