Saturday, September 24, 2011

Separates

Saya tengah betul betul merindukan moral support dalam wujud pukpuk di kepala dan kawan berbicara dalam bentuk nyata. Satu dua masalah tengah singgah pada saya dan juga keluarga. Kakak sedang dalam masalah dan saya merupakan yang paling sibuk mempersiapkan segala kebutuhan beliau.

Kakak memerlukan dukungan besar dan rasanya tenaga saya habis untuk menjadi penyemangat beliau. Semoga masalah ini cepat selesai. Agak sedih rasanya menemukan ruang tengah selalu dipenuhi argumen dan pekikan sesekali.

Kemudian, saya dihadapkan pada kenyataan bahwa naskah novel Senja Merah tidak kunjung mendapat tanggapan resmi. Dalam postingan sebelumnya, saya menulis bahwa Senja Merah ditanggapi oleh Media Kalimantan, namun tanggapan itu baru sebatas pemberitahuan seorang kawan bahwa penerbit yang bersangkutan menganggap naskah saya menarik. Belum ada kelanjutan. Rasanya seperti terus berdebar debar dan kehabisan tenaga.

Dua hal di atas menguras energi saya hingga batas maksimal.

Hanya pada saat seperti ini, saya mendambakan kawan yang mampu mendengarkan tanpa banyak bertanya. Kepala saya rasanya sudah tidak sanggup menampung lebih banyak pertanyaan tentang kenapa kok bisa kapan bagaimana gimana. Dan sialnya, saya tengah jomblo dan sudah dua tahun tidak memiliki kehidupan sosial.

Pacarin saya, anyone?

Seminggu terakhir sudah mencoba menahan nahan untuk tidak menulisnya di manapun. Hingga akhirnya tercetus juga postingan berisi keluh kesah ini. Saya setidaknya memetik satu hikmah dari masa muda saya, bahwa menyimpan masalah dalam kepala sendirian itu tidak baik.

Dan sekurang kurangnya, blog, pada akhirnya adalah satu satunya kawan di mana saya bisa curhat tentang apa saja tanpa harus mendengarkan pertanyaan kok bisa kenapa kapan bagaimana gimana. Dan blog tidak pernah sekalipun melontarkan kalimat bijak sok dewasa atas setiap posting bernada keluh dari saya.

Sebab, bagi saya, kalimat kalimat bijak dan berpanjang panjang nasehat bukanlah tanggapan terbaik dari setiap lontar isi kepala saya. Senyum, dan tepukan ringan di bahu lalu saya kembali membicarakan hal hal ga penting. Apapun, agar semuanya tertinggal di belakang, bukan bergelayutan dalam kerangjang kenangan berjejalan dengan kalimat kalimat nasihat sok bijak.

Aih, Nani yang hedonis…

2 comments:

  1. hehehe... kadang aku juga merasa betapa jenuhnya mendengar nasehat orang.

    ReplyDelete
  2. ganbare nani, semangaaattt, kamu pasti bisa *\(^-^)/*
    jangan lupa minum... ah sudahlah

    ReplyDelete