Akibat menghabiskan akhir pekan dengan film Anger Management dan mendapat komentar seperti di atas dari seorang kawan yang secara engga sengaja memformat flashdisk dan membuatnya ga bisa berfungsi lagi, aku jadi kepikiran. Iya, ya, dipikir pikir aku kok jarang marah ya?
Atau tepatnya, aku nyaris tidak pernah menunjukkan kemarahanku kepada orang yang bersangkutan. Aku tidak ngedumel, tidak ngambek, tidak meluncurkan kata kata yang bisa bikin dia merasa bersalah. Kalimat andalanku saat seseorang berbuat 'salah' padaku;
"Ga papa kok, santai aja,"
Seakan kehilangan empat giga lagu lagu yang sudah didownload selama berbulan bulan dan ga ada back upnya itu adalah hal biasa yang engga layak untuk dijadikan ajang memarahi orang. Bukan, aku bukannya engga bisa marah, I do, betul betul marah padanya. Tapi ya ga bisa aku lampiasin gitu. Mangkelnya tetap bertahan sampe sekarang.
Ga cuma untuk perkara marah sih sebenarnya, aku terbiasa buat mengiyakan semua hal yang terjadi. Dengan alasan aku enggan bikin alasan dan males repot. Dan demi tuhan, lama lama ini menjemukan. Aku, dengan kesadaran penuh menjerumuskan diriku sendiri ke dalam kejemuan.
Halah, ini ngomong apa sih.
"Dave, there are two kinds of angry people in this world: explosive and implosive. Explosive, which is the most common, is the type of individual you see screaming at a grocery store cashier for not taking his coupon. Implosive, the least common, is the cashier at the store who remains quiet at his job day after day until he then finally loses it and just shoots everyone in the store. You're the cashier." ~ Dr. Buddy, Anger Management.
I am the cashier.
No comments:
Post a Comment